Globalisasi
proses integrasi internasional yang muncul dari pertukaran pandangan dunia, produk, pendapat, dan aspek budaya lain
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.[1][2] Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.[3] Stever, H. Guyford (1972). "Science, Systems, and Society." Journal of Cybernetics,
Pengenalan
Manusia telah berinteraksi dalam kisaran jarak jauh selama ribuan tahun. Sebagai contohnya adalah Jalur Sutra darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dan menyebabkan banyak perubahan pada peradaban bangsa-bangsa di "Dunia Lama". Pemikiran, agama, bahasa, kesenian, dan aspek budaya lainnya menyebar dan bercampur ketika negara-negara bertukar barang dan ide.
Perpindahan manusia, barang, dan ide secara global meluas pada abad-abad selanjutnya. Pada abad ke-15 dan 16, bangsa Eropa membuat rintisan terpenting dalam penjelajahan samudra, salah satunya adalah pelayaran transatlantik ke "Dunia Baru" yang disebut Amerika. Pada awal abad ke-19, perkembangan bentuk transportasi baru (seperti kapal uap dan rel kereta) dan telekomunikasi yang menyusutkan ruang dan waktu memungkinan terjadinya interaksi global dengan sangat cepat.[4] Pada abad ke-20, kendaraan darat, angkutan intermodal, dan maskapai penerbangan membuat transportasi semakin cepat. Penemuan telekomunikasi elektronik, seperti telepon genggam dan Internet, membuat miliaran orang bisa saling terhubung dengan berbagai cara pada tahun 2010.
Etimologi dan penggunaan
Istilah 'globalisasi' diambil dari kata globalize yang merujuk pada kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi berskala internasional.[5] Istilah ini pertama kali digunakan sebagai kata benda dalam sebuah tulisan berjudul Towards New Education; kata 'globalisasi' di sini menunjukkan pandangan pengalaman manusia secara menyeluruh di bidang pendidikan.[6] Istilah serupa, corporate giants (raksasa perusahaan), dicetuskan oleh Charles Taze Russell pada tahun 1897[7] untuk menyebut perusahaan-perusahaan besar nasional pada waktu itu. Tahun 1960-an, kedua istilah tadi mulai dijadikan sinonim oleh para ekonom dan ilmuwan sosial lainnya. Ekonom Theodore Levitt diakui secara luas sebagai pencipta istilah kata 'globalisasi' melalui artikelnya yang berjudul "Globalization of Markets". Artikel ini terbit di Harvard Business Review edisi Mei–Juni 1983. Namun, kata 'globalisasi' sebelumnya sudah banyak digunakan (setidaknya sejak 1944) dan dipakai oleh beberapa pengamat sejak 1981.[8] Levitt bisa dianggap sebagai orang yang memopulerkan kata ini dan memperkenalkannya ke kalangan pebisnis utama pada paruh akhir 1980-an. Sejak dirumuskan, konsep globalisasi telah menginspirasi sejumlah definisi dan interpretasi, mulai dari cakupan perdagangan dan imperium besar di Asia dan Samudra India pada abad ke-15 sampai seterusnya.[9][10] Karena konsep ini begitu rumit, banyak proyek penelitian, artikel, dan diskusi yang tetap berfokus pada aspek tunggal globalisasi.[1]
Roland Robertson, dosen sosiologi Universitas Aberdeen, salah satu penulis pertama di bidang globalisasi, mendefinisikan globalisasi pada tahun 1992 sebagai:
Sosiolog Martin Albrow dan Elizabeth King mendefinisikan globalisasi sebagai:
Di The Consequences of Modernity, Anthony Giddens memakai definisi berikut:
Di Global Transformations, David Held dan lainnya mendefinisikan globalisasi sebagai:
Dalam buku The Race to the Top: The Real Story of Globalization, jurnalis Swedia Thomas Larsson menyatakan bahwa globalisasi adalah:
Jurnalis Thomas L. Friedman memopulerkan kata "flat world" (dunia datar). Ia berpendapat bahwa perdagangan global, outsourcing, rantai suplai, dan kekuatan politik telah mengubah dunia lebih baik atau buruk secara permanen. Ia menegaskan bahwa globalisasi berlangsung semakin cepat dan pengaruhnya terhadap organisasi dan praktik bisnis akan terus berkembang.[15]
Ekonom Takis Fotopoulos mendefinisikan "globalisasi ekonomi" sebagai pembebasan dan deregulasi pasar komoditas, modal, dan tenaga kerja yang berujung pada globalisasi neoliberal masa kini. Ia memakai istilah "globalisasi politik" untuk menyebut kemunculan kaum elit transnasional dan hilangnya negara bangsa. "Globalisasi budaya" digunakan untuk menyebut homogenisasi budaya dunia. Istialh lainnya adalah "globalisasi ideologi", "globalisasi teknologi", dan "globalisasi sosial".[16]
Manfred Steger, dosen studi global dan ketua riset di Global Cities Institute di RMIT University, mengidentifikasi empat dimensi globalisasi empiris utama: ekonomi, politik, budaya, dan ekologi, ditambah dimensi kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi lainnya. Menurut Steger, dimensi ideologi dipenuhi oleh serangkaian norma, klaim, kepercayaan, dan penjelasan tentang fenomena itu sendiri.[17]
Pada tahun 2000, International Monetary Fund (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan.[18] Di sektor perdagangan dan transaksi, negara-negara berkembang telah meningkatkan pangsa perdagangan dunianya dari 19 persen tahun 1971 menjadi 29 persen pada tahun 1999. Akan tetapi, ada perbedaan besar di sejumlah kawasan. Misalnya, negara industri baru (NIE) di Asia berhasil, sedangkan seluruh negara di Afrika gagal. Barang yang diekspor negara merupakan indikator kesuksesan yang penting. Ekspor barang pabrikan meningkat dan didominasi oleh negara-negara maju dan NIE. Ekspor komoditas seperti makanan dan bahan mentah biasanya berasal dari negara-negara berkembang. Pangsa total ekspor komoditas menurun seiring waktu.
Dari sini, pergerakan modal dan investasi dapat dipandang sebagai aspek dasar globalisasi yang lain. Arus modal swasta ke negara-negara berkembang naik sepanjang 1990-an, menggantikan "bantuan" atau "bantuan pembangunan" yang berkurang setelah awal 1980-an. Investasi langsung asing (FDI) menjadi kategori paling penting. Investasi portofolio dan kredit bank meningkat namun semakin volatil dan akhirnya anjlok akibat krisis keuangan akhir 1990-an. Antara 1965–90, jumlah tenaga kerja yang bermigrasi bertambah dua kali lipat. Sebagian besar migrasi terjadi antara negara berkembang dna negara kurang maju (LDC).[19]
Paul James, Direktur United Nations Global Compact Cities Programme, berpendapat bahwa empat bentuk globalisasi yang berbeda juga bisa dibedakan sehingga melengkapi dan melintasi semua dimensi globalisasi.[20] Menurut James, bentuk globalisasi dominan yang tertua adalah globalisasi berwujud, yaitu perpindahan manusia. Bentuk dominan tertua kedua adalah globalisasi lembaga, yaitu sirkulasi agen dari berbagai institusi, organisasi, dan badan, termasuk agen-agen imperial. Bentuk ketiganya, globalisasi objek, merupakan pergerakan komoditas dan objek tukar lainnya. Perpindahan ide, gambar, ilmu pengetahuan, dan informasi di dunia disebut globalisasi tak berwujud, dan saat ini globalisasi tak berwujud merupakan bentuk yang paling dominan. James berpendapat bahwa pengelompokkan semacam ini memungkinkan kita memahami bahwa bentuk globalisasi yang paling berwujud seperti perpindahan pengungsi dan migran justru semakin dibatasi, sedangkan bentuk yang paling tak berwujud seperti sirkulasi instrumen keuangan semakin tidak dibatasi.[21]
Pengertian
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
- Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
- Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
- Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
- Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
- Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.[22]
Sejarah
Ada penyebab jauh dan dekat yang dapat ditemukan pada faktor-faktor sejarah yang memengaruhi globalisasi. Globalisasi berskala besar dimulai pada abad ke-19.[4]
Kuno
Globalisasi kuno dipandang sebagai suatu fase dalam sejarah globalisasi yang mengacu pada peristiwa dan perkembangan globalisasi sejak masa peradaban terawal sampai kira-kira tahun 1600-an. Istilah ini dipakai untuk menyebut hubungan antara masyarakat dan negara dan cara keduanya dibentuk oleh persebaran ide dan norma sosial baik di tingkat lokal maupun regional.[23]
Dalam skema ini, ada tiga penyebab yang dipaparkan sebagai pemicu globalisasi. Penyebab pertama adalah pemikiran Timur yang berarti bahwa negara-negara Barat telah mengadaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari Timur.[23] Tanpa ide tradisional dari Timur, globalisasi Barat tidak akan terjadi sebagaimana mestinya. Penyebab kedua adalah jarak; interaksi antarnegara belum berskala global dan masih berada di seputaran Asia, Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian Eropa.[23] Pada globalisasi awal, negara masih sulit berinteraksi dengan negara lain yang letaknya jauh. Kemajuan teknologi kemudian memungkinkan negara mengetahui keberadaan negara lain yang letaknya jauh, dan fase globalisasi yang baru pun terjadi. Penyebab ketiga adalah saling ketergantungan, kestabilan, dan regularitas. Jika suatu negara tidak bergantung dengan negara lain, tidak ada cara lain bagi negara tersebut untuk memengaruhi dan dipengaruhi oleh negara lain. Inilah salah satu penggerak utama di balik hubungan dan perdagangan global. Tanpa keduanya, globalisasi tidak akan berjalan seperti yang sudah-sudah dan negara akan tetap bergantung pada produksi dan sumber dayanya sendiri supaya bisa terus berdiri. Sejumlah pakar berpendapat bahwa globalisasi kuno tidak berjalan seperti globalisasi modern karena negara-negara waktu itu tidak saling bergantung seperti sekarang.[23]
Ada pula sifat multipolar dalam globalisasi kuno yang melibatkan partisipasi aktif bangsa non-Eropa. Karena globalisasi kuno sudah ada sebelum Pembelahan Besar abad ke-19, masa ketika Eropa Barat memiliki produksi industri dan hasil ekonomi yang lebih maju ketimbang kawasan lain di dunia, globalisasi kuno menjadi fenomena yang tidak hanya digerakkan oleh Eropa tetapi juga oleh wilayah Dunia Lama yang ekonominya sudah maju seperti Gujarat, Bengal, pesisir Tiongkok, dan Jepang.[24]
Ekonom dan sosiolog historis Jerman Andre Gunder Frank berpendapat bahwa globalisasi diawali oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer dan Peradaban Lembah Indus pada milenium ketiga SM. Globalisasi kuno ini terjadi pada Zaman Helenistik, zaman ketika pusat-pusat kota komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India sampai Spanyol, termasuk Alexandria dan kota-kota era Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani dan impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan perdagangan lewat laut. Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya mengendalikan suplai gandum.[25]
Modern Awal
Globalisasi modern awal atau proto-globalisasi mencakup periode sejarah globalisasi antara 1600 dan 1800. Konsep proto-globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh sejarawan A. G. Hopkins dan Christopher Bayly. Istilah ini berarti fase peningkatan hubungan dagang dan pertukaran budaya yang menjadi ciri khas periode sebelum munculnya globalisasi modern pada akhir abad ke-19.[26] Fase globalisasi ini dicirikan oleh bangkitnya imperium maritim Eropa pada abad ke-16 dan 17. Imperium pertama yang muncul adalah Portugal dan Spanyol, yang diikuti Belanda dan Britania. Pada abad ke-17, perdagangan dunia berkembang lebih jauh ketika perusahaan kerajaan (chartered company) seperti British East India Company (didirikan tahun 1600) dan Vereenigde Oostindische Compagnie (didirikan tahun 1602, sering dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama yang membuka sahamnya) didirikan.[27]
Globalisasi modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan ekspansionisme, cara mengelola perdagangan global, dan tingkat pertukaran informasi. Periode ini ditandai oleh banyaknya perjanjian dagang seperti yang dilakukan East India Company, peralihan hegemoni ke Eropa Barat, terjadinya konflik berskala besar antara negara besar seperti Perang Tiga Puluh Tahun, dan munculnya komoditas baru seperti perdagangan budak. Perdagangan Segitiga memungkinan Eropa mendapatkan keuntungan dari sumber daya - sumber daya di dunia barat. Perpindahan hewan, tanaman, dan wabah penyakit yang dikaitkan dengan konsep Pertukaran Columbus oleh Alfred Crosby juga memainkan peran penting dalam proses ini. Perdagangan dan komunikasi modern awal melibatkan banyak kelompok masyarakat, termasuk pedagang Eropa, Muslim, India, Asia Tenggara, dan Tiongkok, terutama di kawasan Samudra Hindia.
Modern
Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang modern akibat revolusi industri. Industrialisasi memungkinkan standardisasi produksi barang-barang rumah tangga menggunakan ekonomi skala, sedangkan pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan permintaan barang yang stabil. Pada abad ke-19, kapal uap sangat menghemat biaya transportasi internasional dan rel kereta menjadikan transportasi darat lebih murah. Revolusi transportasi terjadi antara 1820 dan 1850.[4] Jumlah negara yang ikut dalam perdagangan internasional semakin banyak.[4] Globalisasi pada masa ini sangat dipengaruhi oleh imperialisme abad ke-19 seperti yang terjadi di Afrika dan Asia. Penemuan kontainer kapal tahun 1956 turut memajukan globalisasi perdagangan.[28][29]
Setelah Perang Dunia Kedua, para politikus berhasil mewujudkan konferensi Bretton Woods, perjanjian yang disepakati negara-negara besar untuk menyusun kebijakan moneter internasional, perdagangan dan keuangan, dan pembentukan sejumlah lembaga internasional yang bertujuan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, pembebasan perdagangan secara bertahap, dan penyederhanaan dan pengurangan batasan perdagangan. Awalnya, General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) mengeluarkan beberapa perjanjian untuk menghapus batasan perdagangan. GATT kemudian digantikan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengelola sistem perdagangan. Ekspor nyaris berlipat dari 8,5% total produk bruto dunia tahun 1970 menjadi 16,2% tahun 2001.[30] Pemanfaatan perjanjian global untuk memajukan perdagangan terhambat oleh gagalnya putaran negosiasi Doha. Banyak negara yang beralih ke perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral yang lebih kecil, misalnya Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Serikat–Korea Selatan 2011.
Sejak 1970-an, penerbangan semakin terjangkau bagi kelas menengah di negara-negara berkembang. Kebijakan langit terbuka dan maskapai bertarif rendah ikut mendorong persaingan pasar. Pada tahun 1990-an, pertumbuhan jaringan komunikasi bertarif rendah memangkas biaya komunikasi antarnegara. Banyak hal yang bisa dilakukan melalui komputer tanpa memedulikan lokasinya seperti akuntansi, pengembangan perangkat lunak, dan desain rekayasa.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan kebudayaan dunia tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ini melambat sejak 1910-an sampai seterusnya akibat Perang Dunia dan Perang Dingin,[31] tetapi berhasil melaju lagi sejak kebijakan neoliberal dirintis tahun 1980-an dan perestroika serta reformasi ekonomi Tiongkok Deng Xiaoping membawa paham kapitalisme barat ke Blok Timur lama.[32] Pada awal 2000-an, sebagian besar negara maju mengalami Resesi Besar,[33] sehingga memperlambat proses globalisasi untuk sementara.[34][35][36]
Perdagangan dan globalisasi telah berevolusi jauh pada masa kini. Masyarakat yang terglobalisasi memiliki serangkaian pendorong dan faktor yang terus mendekatkan manusia, kebudayaan, pasar, kepercayaan, dan aktivitasnya.[37]
Karakteristik Globalisasi
- Perubahan konsep ruang serta waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet membuat komunikasi global terjadi dengan cepat. Pergerakan massa, seperti pariwisata , membuat kita dapat merasakan banyak hal dari bermacam-macam budaya di dunia.
- Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadikan masing-masing saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian, pembagian pekerjaan yang baru secara internasional, meningkatnya pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi dunia seperti World Trade Organization (WTO).
- Peningkatan interaksi kultural lewat perkembangan media massa (contohnya televisi, film , musik, serta transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalamai gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang beraneka ragam dari berbagai budaya, misalnya fashion, literatur, dan makanan.
- Meningkatnya masalah bersama, misalnya dalam aspek lingkungan, ekonomi, perdagangan obat terlarang internasional, kesehatan, dan terorisme.[38]
Teori
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoretis yang dapat dilihat, yaitu:
- Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
- Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
- Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
- Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
- Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoretis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Aspek
Organisasi bisnis global
Seiring kemajuan transportasi dan komunikasi, bisnis internasional tumbuh pesat setelah awal abad ke-20. Bisnis internasional mencakup semua transaksi komersial (swasta, penjualan, investasi, logistik, dan transportasi) yang terjadi antara dua wilayah, negara, dan bangsa atau lebih di luar batas politiknya. Diversifikasi internasional ini disesuaikan dengan kinerja dan inovasi, namun biasanya kinerja meningkat dan inovasi menurun.[39] Biasanya perusahaan-perusahaan swasta melakukan transaksi untuk mendapatkan laba.[40] Transaksi bisnis semacam ini melibatkan sumber daya ekonomi seperti modal, sumber daya alam, dan sumber daya manusia untuk produksi barang fisik dan jasa internasional seperti keuangan, perbankan, asuransi, konstruksi, dan aktivitas produksi lainnya.[41]
Kerja sama bisnis internasional membuahkan perusahaan multinasional, yaitu perusahaan yang memiliki pendekatan global terhadap pasar dan produksi atau perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu negara. Sebuah perusahaan multinasional bisa juga disebut perusahaan transnasional. Perusahaan multinasional terkenal mencakup perusahaan makanan cepat saji seperti McDonald's dan Yum Brands, produsen kendaraan seperti General Motors, Ford Motor Company, dan Toyota, produsen elektronika konsumen seperti Samsung, LG, dan Sony, dan perusahaan energi seperti ExxonMobil, Shell, dan BP. Sebagian besar perusahaan besar beroperasi di beberapa pasar nasional.
Perusahaan atau bisnis umumnya berpendapat bahwa kelangsungan di pasar global yang baru mengharuskan mereka untuk mencari barang, jasa, tenaga kerja, dan material dari luar negeri supaya produk dan teknologinya bisa terus diperbarui agar dapat bertahan di tengah-tengah persaingan yang memanas.[42] Menurut laporan terkini dari McKinsey Global Institute, arus barang, jasa, dan keuangan mencapai $26 triliun pada tahun 2012 atau 36 persen dari PDB global. Jumlah tersebut 1,5 kali lebih banyak ketimbang tahun 1990.[43]
Perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah pertukaran modal, barang, dan jasa melintasi perbatasan atau wilayah internasional.[44] Di kebanyakan negara, perdagangan internasional menduduki pangsa besar dalam produk domestik bruto (PDB). Industrialisasi, transportasi maju, perusahaan multinasional, offshoring, dan outsourcing sama-sama memberi dampak besar terhadap perdagangan global. Pertumbuhan perdagangan internasional adalah komponen dasar dari globalisasi.
Keuntungan perdagangan absolut muncul ketika negara-negara dapat memproduksi suatu komoditas dengan biaya lebih rendah per unit ketimbang mitra dagangnya. Dengan logika yang sama, negara tersebut harus mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut.[45] Meski ada kemungkinan untung dagang dari keuntungan absolut, keuntungan komparatif, yaitu kemampuan menawarkan barang dan jasa dengan biaya marjinal dan biaya kesempatan yang lebih rendah, memperluas batas kemungkinan pertukaran yang sama-sama menguntungkan. Di lingkungan bisnis yang terglobalisasi, perusahaan berpikir bahwa keuntungan komparatif yang ditawarkan perdagangan internasional merupakan hal yang penting agar bisa terus bersaing.
Perjanjian dagang, blok ekonomi, dan zona perdagangan khusus
Penetapan kawasan perdagangan bebas menjadi sesuatu yang harus dilakukan pemerintahan era modern untuk melakukan perjanjian dagang dengan entitas asing dan multinasional.[47]
Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone; SEZ) adalah kawasan geografis hukum ekonomi dan hukum lainnya lebih condong ke pasar bebas daripada hukum nasional negara tersebut. Hukum nasional bisa ditangguhkan di dalam zona khusus ini. Kategori SEZ mencakup berbagai macam zona, termasuk Zona Perdagangan Bebas (FTZ), Zona Pemrosesan Ekspor (EPZ), Zona Bebas (FZ), kawasan industri (IE), pelabuhan bebas, Zona Perusahaan Kota, dan lain-lain. Biasanya, tujuan zona ini adalah meningkatkan investasi langsung asing oleh investor asing, terutama bisnis internasional atau perusahaan multinasional (MNC). Zona ini adalah wilayah khusus yang pajak perusahaannya sangat rendah atau bahkan ditiadakan sama sekali untuk mendorong aktivitas ekonomi. Pelabuhan bebas sejak dulu memiliki peraturan cukai yang menguntungkan, misalnya pelabuhan bebas Trieste. Seringkali pelabuhan bebas ini merupakan bagian dari zona ekonomi bebas.
FTZ adalah tempat barang didatangkan, ditangani, diproduksi atau disesuaikan, dan diekspor kembali tanpa campur tangan otoritas bea cukai. Ketika barang sudah pindah ke tangan konsumen di dalam negara di luar FTZ, barulah barang tersebut tunduk pada peraturan cukai yang ada. Zona perdagangan bebas ditetapkan di sekitar pelabuhan besar, bandara internasional, dan perbatasan nasional, tempat-tempat dengan keuntungan dagang secara geografis.[48] It is a region where a group of countries has agreed to reduce or eliminate trade barriers.[49]
Kawasan perdagangan bebas adalah blok dagang yang negara-negara anggotanya telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang menghapus tarif, kuota impor, dan preferensi pada sebagian besar (jika tidak semua) barang dan jasa yang diperdagangkan antarnegara. Jika penduduknya bebas berpindah antarnegara, selain kawasan perdagangan bebas, kawasan ini juga bisa dianggap sebagai perbatasan terbuka. Uni Eropa, yang beranggotakan 27 negara, menyediakan kawasan perdagangan bebas dan perbatasan terbuka.
Zona Industri Khusus (Qualified Industrial Zone; QIZ) adalah kawasan industri yang menaungi operasi pabrik di Yordania dan Mesir. QIZ adalah zona perdagangan bebas khusus yang didirikan bekerja sama dengan Israel untuk memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas antara Amerika Serikat dan israel. Di bawah perjanjian dagang dengan Yordania seperti yang ditetapkan Amerika Serikat, barang-barang yang diproduksi di QIZ bisa langsung masuk ke pasar AS tanpa tarif datau kuota impor jika memenuhi syarat tertentu. Untuk mendapat status tersebut, barang yang dihasilkan di zona ini harus mengandung sedikit sumbangan atau input dari Israel. Selain itu, nilai minimum sebesar 35% harus ditambahkan ke produk akhirnya. QIZ adalah ide pebisnis Yordania Omar Salah, dan QIZ pertama ditetapkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1997.
Asia Pasifik disebut-sebut sebagai "kawasan dagang paling terintegrasi di muka Bumi" karena perdagangan intraregionalnya mencakup sekitar 50-60% dari total impor dan ekspor Asia Pasifik.[50] Asia Pasifik juga memiliki perdagangan ekstraregional. Ekspor barang konsumen seperti televisi, radio, sepeda, dan tekstil ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang turut mendorong ekspansi ekonomi.[51]
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN[52] adalah perjanjian blok dagang Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang mendukung produsen lokal di semua negara ASEAN. Perjanjian AFTA ditandatangani pada 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika perjanjian AFTA ditandatangani, ASEAN masih beranggotakan enam negara, yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam bergabung tahun 1995, Laos dan Myanmar tahun 1997 dan Kamboja tahun 1999.
Surga pajak
Surga pajak adalah negara atau daerah yang menurunkan pajak atau bahkan meniadakannya sama sekali. Daerah seperti ini dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk upaya penghindaran pajak dan pengelakan pajak.[54] Pihak perorangan maupun perusahaan menganggap surga pajak cocok untuk mendirikan anak perusahaan terselubung atau pindah ke wilayah yang nilai pajaknya rendah atau tidak ada sama sekali. Keberadaan surga pajak menciptakan situasi persaingan pajak di kalangan pemerintahan. Beberapa yurisdiksi sengaja menjadikan wilayahnya surga bagi kategori pajak tertentu dan kategori penduduk dan perusahaan tertentu.[55] Negara yang berdaulat atau memiliki pemerintahan sendiri di bawah hukum internasional secara teori memiliki kekuasaan tak terbatas untuk menerapkan hukum pajak di wilayahnya, kecuali dibatasi oleh perjanjian internasional sebelumnya. Fitur utama surga pajak adalah hukum dan peraturannya dapat digunakan untuk menghindari atau mengelak dari hukum atau peraturan yurisdiksi lain.[56] Dalam laporan pemanfaatan surga pajak oleh perusahaan Amerika Serikat bulan Desember 2008,[57] U.S. Government Accountability Office tidak mampu menetapkan definisi surga pajak yang pas, tetapi mencantumkan kriteria tertentu yang menguatkan keberadaannya: pajak tidak ada atau sedikit; tidak adanya pertukaran informasi pajak yang efektif dengan otoritas pajak asing; tidak adanya transparansi daam pelaksanaan peraturan legislatif, hukum, atau administratif; tidak adanya persyaratan untuk pendirian cabang; dan promosi diri sebagai pusat keuangan lepas pantai.
Laporan Tax Justice Network tahun 2012 memperkirakan bahwa antara US$21 triliun dan $32 triliun dilindungi dari pajak di sejumlah surga pajak rahasia di dunia. Apabila kekayaan sebanyak itu mendapat bunga 3% per tahunnya dan laba modalnya dipajaki sebesar 30%, pendapatan pajak bisa mencapai $190 miliar sampai $280 miliar, lebih banyak dibandingkan pelindung pajak manapun.[58] Jika aset lepas pantai rahasia ikut dihitung, beberapa negara pengutang bisa dianggap sebagai negara kreditur.[59] Akan tetapi, direktur kebijakan pajak Chartered Institute of Taxation mengaku skeptis dengan keakuratan jumlah tersebut.[60] Daniel J. Mitchell dari Cato Institute mengatakan bahwa laporan tersebut, saat menghitung pendapatan pajak yang hilang, berasumsi bahwa 100% uang yang disimpan di luar negeri merupakan upaya pengelakan pajak.[61]
Surga pajak menuai kritik karena sering berakhir dengan menumpuknya uang kas yang menganggur (idle cash)[62] yang mahal dan tidak efisien untuk repatriasi perusahaan.[63] Keuntungan pelindung pajak menciptakan insiden pajak yang merugikan masyarakat miskin.[64] Banyak surga pajak yang dianggap memiliki koneksi dengan pelaku "penipuan, pencucian uang, dan terorisme."[65] Walaupun banyak invetigasi penyalahgunaan surga pajak ilegal, jumlah pelaku yang dipidanakan tidak banyak.[66][67] Pelobian terkait surga pajak dan harga transfer juga dikritik.[68] Pandangan para akuntan terhadap kepantasan surga pajak telah berubah,[69] begitu pula pandangan para nasabah perusahaan,[70] pemerintahan,[71][72] dan politikus,[73][74] meskipun pemanfaatan surga pajak oleh perusahaan Fortune 500[75] dan lainnya masih lazim.[76] Rencana reformasi yang berpusat pada firma akuntansi yang masuk dalam Empat Besar terus didorong.[77] Beberapa pemerintahan tampaknya menggunakan spyware komputer untuk mengungkap neraca keuangan sejumlah perusahaan.[78]
Pariwisata internasional
Pariwisata adalah perjalanan untuk keperluan rekreasi, liburan, atau bisnis. Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang-orang yang "bepergian ke dan menetap di tempat-tempat selain lingkungan sekitar mereka selama tidak lebih dari satu tahun untuk keperluan liburan, bisnis, dan lain-lain".[79] Ada bermacam bentuk pariwisata seperti wisata pertanian, wisata kelahiran, wisata kuliner, wisata budaya, wisata lingkungan, wisata ekstrem, wisata geografi, wisata sejarah, wisata LGBT, wisata medis, wisata laut, wisata budaya pop, wisata agama, wisata kumuh, wisata perang, dan wisata kehidupan liar.
Globalisasi membuat pariwisata sebagai aktivitas liburan global yang populer. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa saat ini juga ada sekitar 500.000 orang di dalam pesawat terbang di seluruh dunia.[80]
Akibat resesi akhir 2000-an, permintaan perjalanan internasional turun drastis sejak paruh akhir 2008 sampai akhir 2009. Setelah meningkat sebanyak 5% pada paruh pertama 2008, pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional mulai menurun pada paruh akhir 2008 dan persentase kenaikan untuk tahun itu turun menjadi 2%, berbeda dengan 7% pada tahun 2007.[81] Tren negatif ini semakin parah pada tahun 2009 karena merebaknya wabah virus influenza H1N1 sehingga jumlah kedatangan wisatawan internasional turun 4,2% pada tahun 2009 menjadi 880 juta orang, dan pendapatan pariwisata internasional turun 5,7%.[82] Salah satu pengecualian bagi perjalanan bebas adalah perjalanan dari Amerika Serikat ke Kanada dan Meksiko yang memiliki perbatasan semi-terbuka. Berdasarkan hukum Amerika Serikat, perjalanan ke negara-negara tersebut saat ini memerlukan paspor.[83]
Pada tahun 2010, jumlah uang yang berputar di bidang pariwisata internasional mencapai US$919 miliar, naik 6,5% sejak 2009, berkat peningkatan nilai riil sebesar 4,7%.[84] Tahun 2010, terdapat 940 juta kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia.[85]
Olahraga internasional
Ajang olahraga internasional modern bisa menjadi peristiwa besar yang memengaruhi aspek politik, ekonomi, dan budaya negara-negara di seluruh dunia. Dalam hal politik dan olahraga, olahraga dapat memengaruhi negara, identitasnya, dan dunia.
Olimpiade kuno merupakan serangkaian kompetisi yang diadakan antara perwakilan beberapa negara kota dan kerajaan dari Yunani Kuno. Kegiatan ini menampilkan pertandingan atletik, pertarungan, dan balap kereta kuda. Saat Olimpiade berlangsung, semua peperangan antara negara kota yang berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai.[86] Asal usul Olimpiade dipenuhi misteri dan legenda.[87] Sepanjang abad ke-19, Olimpiade menjadi kegiatan global yang populer.
Meski sejumlah ekonom skeptis dengan manfaat ekonomi penyelenggaraan Olimpiade sambil menekankan bahwa "kegiatan mega" seperti ini memakan biaya besar, penyelenggaraan Olimpiade (atau pencalonannya saja) dapat meningkatkan nilai ekspor negara penyelenggara, karena negara penyelenggara atau kandidat memberi tanda-tanda keterbukaan perdagangan saat mencalonkan diri sebagai penyelenggara Olimpiade.[88] Selain itu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas memberi efek positif yang kuat terhadap sumbangan filantropis perusahaan yang berkantor pusat di kota penyelenggara sehingga menguntungkan sektor nirlaba lokal. Efek positif ini mulai muncul pada tahun-tahun menjelang Olimpiade dan dapat bertahan beberapa tahun sesudahnya, tetapi tidak permanen. Temuan ini memperlihatkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade mampu menciptakan kesempatan bagi pemerintah kota untuk memengaruhi perusahaan setempat agar menguntungkan sektor nirlaba lokal dan masyarakat sipil.[89] Olimpiade juga memberi efek negatif terhadap masyarakat di kota penyelenggara. Misalnya, Centre on Housing Rights and Evictions melaporkan bahwa persiapan Olimpiade membuat lebih dari dua juta orang terusir dari tempat tinggalnya selama dua dasawarsa terakhir dan merugikan masyarakat miskin.[90]
Globalisasi terus meningkatkan persaingan internasional di bidang olahraga. Piala Dunia FIFA merupakan pesta olahraga yang paling banyak ditonton di dunia. Sekitar 700 juta orang menyaksikan pertandingan final Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan.[91]
Menurut peelitian A.T. Kearney tahun 2011 terhadap tim, liga, dan federasi olahraga, industri olahraga global bernilai antara €350 miliar dan €450 miliar (US$480-$620 miliar).[92] Semuanya mencakup konstruksi infrastruktur, perlengkapan olahraga, produk berlisensi, dan pertandingan olahraga langsung.
Perdagangan internasional ilegal
"Pasar gelap" dan kejahatan terorganisasi biasanya beroperasi di tataran transnasional dengan total penjualan global senilai hampir US$2 triliun per tahun.[94]
Perdagangan obat-obatan
Pada tahun 2010, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan bahwa perdagangan obat-obatan terlarang global menghasilkan lebih dari US$320 miliar per tahun.[95] PBB memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 50 pengguna rutin heroin, kokain, dan obat sintetis.[96] Perdagangan spesies terancam internasional menempati posisi kedua di bawah perdagangan obat-obatan dalam "industri" penyelundupan.[97] Obat tradisional Tiongkok biasanya membutuhkan bahan dari semua bagian tumbuhan, daun, batang, bunga, akar, serta bahan dari hewan dan mineral. Penggunaan bagian tubuh spesies terancam (seperti kuda laut, tanduk badak, tanduk antelope saiga, dan tulang dan cakar harimau) menciptakan pasar gelap pemburu yang memburu hewan-hewan terlarang.[98][99]
Perdagangan dan penyelundupan manusia
Perdagangan manusia adalah aktivitas yang menjadikan manusia sebagai barang yang diperdagangkan, biasanya untuk keperluan perbudakan seks, tenaga kerja paksa, atau pengambilan organ atau jaringan tubuh,[100][101] termasuk pengganti kehamilan (surrogacy) dan pengangkatan sel telur.[102] Perdagangan manusia adalah industri bernilai tinggi dan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat yang nilainya mencapai US$32 miliar per tahun. Sebagai perbandingan, semua perdagangan ilegal internasional pada tahun 2010 bernilai sekitar US$650 miliar.[103] Perdagangan manusia merupakan masalah global yang muncul akibat kesulitan ekonomi, budaya, hukum, dan kebijakan imigrasi.[104] Tahun 2004, total pendapatan tahunan perdagangan manusia diperkirakan antara US$5 miliar dan $9 miliar.[105] Tahun 2005, Patrick Belser dari ILO memperkirakan laba global tahunan dari perdagangan manusia mencapai US$31,6 miliar.[106] Tahun 2008, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan hampir 2,5 juta orang dari 127 negara diperdagangkan ke 137 negara di seluruh dunia.[107]
Perdagangan manusia berbeda dengan penyelundupan manusia. Dalam penyelundupan manusia, orang yang diselundupkan dengan sukarela meminta atau mempekerjakan seseorang, biasa disebut penyelundup, untuk memindahkan mereka secara diam-diam dari satu tempat ke tempat lain. Biasanya penyelundupan jenis ini melibatkan pemindahan dari satu negara ke negara yang pernah menolak masuk pihak terselundup di perbatasan internasional. Tidak ada penipuan saat perjanjian awal antara pihak penyelundup dan terselundup. Setelah masuk ke negara tujuan dan tiba di tempat akhir, orang yang diselundupkan biasanya bebas untuk mencari jalannya sendiri. Menurut International Centre for Migration Policy Development (ICMPD), penyelundupan manusia adalah kejahatan terhadap negara karena melanggar hukum imigrasi dan tidak menganggap pelanggaran hak-hak migran yang diselundupkan sebagai tindak kejahatan. Perdagangan manusia adalah kejahatan terhadap korbannya karena melanggar hak-hak korban melalui paksaan dan eksploitasi.[108]
Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi negara-negara di dunia berkat percepatan pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas perbatasan.[110] Jika globalisasi bisnis terpusat pada penghapusan peraturan perdagangan internasional semisal tarif, pajak, dan beban lainnya yang menghambat perdagangan global, globalisasi ekonomi adalah proses peningkatan integrasi ekonomi antar negara yang berujung pada munculnya pasar global dan pasar dunia tunggal.[111] Tergantung paradigmanya, globalisasi ekonomi bisa dipandang sebagai fenomena positif atau negatif. Globalisasi ekonomi terdiri dari globalisasi produksi, pasar, persaingan, teknologi, dan perusahaan dan industri.[110] Tren globalisasi saat ini dapat dianggap hasil dari integrasi negara maju dengan negara yang kurang maju melalui investasi langsung asing, pengurangan batasan perdagangan, reformasi ekonomi, dan imigrasi.
Tahun 1944, 44 negara menghadiri Konferensi Bretton Woods untuk menstabilkan mata uang dunia dan menetapkan kredit untuk perdagangan internasional pada era pasca Perang Dunia II. Tatanan ekonomi internasional yang direncanakan oleh konferensi ini menjadi pemicu tatanan ekonomi neoliberal yang digunakan hari ini. Konferensi ini juga menubuhkan beberapa organisasi yang penting bagi terbentuknya ekonomi global dan sistem keuangan global, seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, dan Organisasi Perdagangan Dunia.
Misalnya, reformasi ekonomi Tiongkok menghadapkan Tiongkok pada arus globalisasi tahun 1980-an. Para ahli menemukan bahwa Tiongkok berhasil mencapai tingkat keterbukaan yang sulit ditemukan di negara-negara besar dan padat lainnya. Persaingan barang asing menyentuh hampir semua sektor ekonomi Tiongkok. Investasi asing turut membantu meningkatkan kualitas produk dan pengetahuan dan standar, terutama di bidang industri berat. Pengalaman Tiongkok menguatkan klaim bahwa globalisasi ikut menambah kekayaan negara miskin.[112] Pada 2005–2007, Pelabuhan Shanghai menyandang gelar pelabuhan tersibuk di dunia.[113][114][115][116]
Contoh lainnya, liberalisasi ekonomi di India dan reformasi ekonominya dimulai pada tahun 1991. Per 2009, sekitar 300 juta orang, setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat, telah keluar dari jeratan kemiskinan.[117] Di India, alihdaya proses bisnis disebut-sebut sebagai "mesin pembangunan utama India sampai beberapa dasawarsa selanjutnya yang banyak berkontribusi pada pertumbuhan PDB, penambahan lapangan pekerjaan, dan pemberantasan kemiskinan".[118][119]
Sistem keuangan global
Pada awal abad ke-21, kerangka kerja perjanjian hukum, institusi, dan pelaku ekonomi formal dan informal dunia bersama-sama membantu arus modal keuangan internasional untuk keperluan investasi dan pendanaan perdagangan. Sistem keuangan global ini muncul saat terjadinya gelombang globalisasi ekonomi modern pertama yang ditandai dengan pendirian bank sentral, perjanjian multilateral, dan organisasi antarpemerintah yang bertujuan memperbaiki transparansi, regulasi, dan keefektifan pasar internasional.[121] Ekonomi dunia semakin terintegrasi secara finansial sepanjang abad ke-20 seiring terjadinya liberalisasi modal dan deregulasi sektor keuangan di setiap negara. Setelah terekspos dengna arus modal yang volatil, serangkaian krisis keuangan di Eropa, Asia, dan Amerika Latin turut berpengaruh pada negara-negara lain. Pada awal abad ke-21, berbagai lembaga keuangan tumbuh besar dengan jaringan aktivitas ekonomi yang lebih canggih dan terhubung. Ketika Amerika Serikat mengalami krisis keuangan pada awal abad tersebut, krisis tersebut merambat dengan cepat ke negara-negara lain. Krisis ini dikenal sebagai krisis keuangan global dan diakui sebagai pemicu Resesi Besar di seluruh dunia.
Pengetatan
Pemerintah kadang menjalankan kebijakan pengetatan atau austeritas untuk mengurangi defisit anggaran saat ekonomi melesu. Kebijakan ini meliputi pemotongan belanja, kenaikan pajak, atau campuran keduanya.[122][123][124] Kebijakan pengetatan menunjukkan likuiditas pemerintah terhadap krediturnya dan badan penilai kredit dengan cara menyetarakan pendapatan fiskal dengan belanja.
Efek pengetatan dari segi ekonomi belum jelas karena definisinya yang luas dan tidak spesifik, contoh eksperimen alamiahnya yang sedikit dari dulu, serta kemungkinan bercampur dengan efek peristiwa lain yang cenderung mendahului pengetatan seperti resesi dan krisis keuangan. Dalam makroekonomi, pengurangan belanja pemerintah akan meningkatkan jumlah pengangguran. Hal ini pula meningkatkan belanja jaring pengaman dan mengurangi pendapatan pajak sampai batas tertentu. Belanja pemerintah turut berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) sehingga rasio utang-ke-PDB yang menandakan likuiditas bisa jadi tidak segera membaik. Belanja defisit jangka pendek berkontribusi pada pertumbuhan PDB saat konsumen dan bisnis tidak mau atau tidak mampu belanja.[125] Menurut teori kontraksi fiskal ekspansioner (EFC), pengurangan belanja pemerintahan secara besar-besaran dapat mengubah ekspektasi pajak dan belanja pemerintah masa depan sehingga mendorong konsumsi swasta dan perluasan ekonomi secara menyeluruh.[126] Sejak 2011, Dana Moneter Internasional mengeluarkan peringatan terhadap upaya pengetatan yang dijalankan tanpa memperhatikan dasar-dasar ekonomi[127][128][129] dan banyak pengkritik yang mengatakan bahwa upaya pengetatan sering kali salah diarahkan dan berbahaya bagi ekonomi negara saat dijalankan.[130][131][132]
Pelarian modal
Pelarian modal terjadi ketika aset atau uang mengalir keluar dari suatu negara dengan cepat karena negara tersebut baru menaikkan tingkat pajak, tarif, upah tenaga kerja, atau kondisi keuangan lainnya yang dianggap merugikan seperti kemacetan utang pemeirntah yang mengganggu para investor. Pelarian modal kadang mengakibatkan hilangnya kekayaan dengan sangat cepat dan biasanya diiringi oleh turunnya nilai tukar negara yang terdampak dengan tajam, lantas memicu depresiasi nilai tukar mata uang atau devaluasi paksa dengan nilai tukar tetap. Peristiwa ini bisa sangat merugikan jika modalnya dimiliki oleh warga negara terdampak, karena bukan hanya warganya yang dibebani oleh hilangnya kepercayaan pada ekonomi dan devaluasi mata uangnya, tetapi juga aset mereka kehilangan banyak nilai nominalnya. Ini pun mengakibatkan penurunan tajam daya beli aset negara tersebut dan kenaikan harga barang impor.
Pelarian modal dapat menyebabkan krisis likuiditas di negara terdampak yang mengalami arus modal keluar, negara yang mengalami kehilangan aset investor karena dilikuidasi, dan negara yang terlibat di perdagangan internasional seperti perkapalan dan keuangan. Penelitian tahun 2008 yang diterbitkan oleh Global Financial Integrity memperkirakan pelarian modal atau arus keuangan ilegal dari negara berkembang mencapai "sekitar US$850 miliar sampai $1 triliun per tahun."[133] Pelaku pasar yang membutuhkan uang tunai kesulitan mencari rekan dagang potensial untuk dijadikan target penjualan asetnya. Ini bisa jadi merupakan konsekuensi partisipasi pasar yang rendah atau pengurangan uang tunai oleh pelaku pasar keuangan. Pemilik aset pun lantas terpaksa menjual aset-asetnya dengan harga di bawah harga dasar jangka panjang. Para peminjam biasanya menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi dan persayratan kolateral, berbeda dengan masa-masa ketika likuiditas masih masuk akal. Utang tanpa jaminan hampir sulit diperoleh. Saat terjadi krisis likuiditas, pasar peminjaman antarbank tidak berjalan mulus.
Pelarian modal juga memengaruhi negara maju. Artikel tahun 2009 di The Times melaporkan bahwa ratusan pemberi pinjaman dan pengusaha kaya belakangan ini keluar dari Britania Raya karena pemerintahnya menaikkan pajak. Mereka pindah ke tempat-tempat yang pajaknya rendah seperti Jersey, Guernsey, Pulau Man, dan Kepulauan Virgin Britania.[134] Bulan Mei 2012, skala pelarian modal dari Yunani pasca pemilu legislatif "tanpa hasil" diperkirakan mencapai €4 miliar per minggu.[135] Pada akhir bulan itu, Bank Sentral Spanyol mengungkapkan bahwa arus modal senilai €97 miliar keluar dari ekonomi Spanyol pada kuartal pertama 2012.[136]
Ukuran globalisasi
Indeks
Pengukuran globalisasi ekonomi berfokus pada berbagai variabel seperti perdagangan, Investasi Langsung Asing (FDI), investasi portofolio, dan pendapatan. Indeks-indeks baru justru berusaha mengukur globalisasi dengan variabel yang lebih umum seperti aspek politik, sosial, budaya, dan lingkungan.[137]
Salah satu indeks globalisasi adalah KOF Index. KOF Index mengukur tiga dimensi utama globalisasi, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.[138] Another is the A.T. Kearney / Foreign Policy Magazine Globalization Index.[139]
0 komentar:
Posting Komentar